3 CARA MERAWAT HATI

Kisah di atas mengingatkan suatu realitas kehidupan yang kita jalani. Ada saatnya, kita merasa begitu dekat dengan Allah SWT, sehingga takut dengan neraka dan sangat berharap dengan surga-Nya. Namun, adakalanya pula saat kita disibukan dengan berbagai urusan dunia, kita pun lalai dengan semua itu. Bahkan, tanpa disadari, kita sering jauh dari Allah dengan melupakan akhirat seraya melakukan banyak maksiat.

Jika sahabat Rasulullah SAW saja yang kualitas diri, akidah, dan kuantitas amal mereka tak diragukan lagi, masih merasakan besarnya fitnah (keburukan) dunia, merasa diri mereka telah munafik, maka seharusnya kita yang banyak lalai dan melupakan Allah ini lebih pantas merasa munafik, mawas, dan introspeksi diri.

Satu hal yang patut dicermati, baik-buruknya keadaan (perilaku) manusia sangat berhubungan dengan hatinya. Apabila hati manusia telah rusak, tidak lagi mengenal kebaikan, maka rusaklah dirinya. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah yang apabila baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ingatlah, dia adalah hati.” (HR Bukhari).

Manusia penting merawat hati. Karena hati itu sifatnya berbolak-balik, alias mudah dimasuki oleh berbagai fitnah. Ada beberapa cara merawat hati agar ia tetap hidup, istiqamah di atas kebaikan agama, terhindar dari berbagai fitnah, dan selalu mendorong pemiliknya untuk melakukan ketaatan kepada Allah SWT.

Pertama, zikrullah. Ibnul Qayyim al-Jauziyyah berkata, kebutuhan hati terhadap zikir bagaikan kebutuhan ikan terhadap air. Apabila ikan tidak mendapatkan air, maka ikan tersebut akan mati. Begitulah hati, ia akan hidup dengan zikir kepada Allah SWT dan dia akan mati tanpa berzikir kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan orang yang berzikir kepada Rabb-Nya dengan orang yang tidak berzikir kepada Rabb-Nya, adalah seperti orang yang masih hidup dengan orang yang telah mati.” (HR Bukhari).

Kedua, bergaul dengan orang-orang baik. Hati akan terawat dengan baik, jika bergaul dengan orang-orang baik. Karena orang-orang baik akan mengajak kepada kebaikan, mengingatkan kepada kesalahan, dan merupakan cerminan kepribadian. Allah SWT mengingatkan, “Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berkumpullah bersama-sama orang yang benar.” (QS at-Taubah [9]: 119).

Ketiga, ilmu dan duduk di majelis-majelis ilmu. Imam Syafi’i berkata bahwa ilmu adalah cahaya. Dan cahaya (nur) tidak mungkin diberikan oleh Allah kepada seorang hamba yang bermaksiat kepada-Nya. Dengan demikian, kebodohan adalah kegelapan bagi hati. Apabila hati telah gelap, jauh dari cahaya ilmu, penerang iman, maka manusia tidak akan dapat lagi membedakan mana yang benar dan salah. Sebab itu, tidak akan pernah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui (lihat QS az-Zumar [39]: 9).

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk merawat hati. Namun, setiap usaha tidak akan pernah sempurna kecuali dengan bertawakal dan berdoa kepada Allah SWT. Wallahu a’lam bisshawab.

About Miswan M.Pd

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *