Mengkaji Capaian Pembelajaran (CP) PAI pada Kurikulum Merdeka dan apa yang harus kita dilakukan.

Sama-sama kita ketahui bahwa Kurikulum merupakan “ruh” pendidikan yang harus dievaluasi secara inovatif, dinamis, berkala sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEKS, serta kompetensi yang diperlukan masyarakat atau pengguna lulusan. Perubahan kurikulum dengan demikian menjadi keniscayaan. Bahkan, perkembangan IPTEKS yang sangat cepat tidak lagi memungkinkan dunia pendidikan berlama-lama dengan “zona nyaman” kurikulum yang berlaku.

Jika kita tilik dari sejarah bahwa: “Di Indonesia pengimplementasian kurikulum telah mengalami berbagai perubahan dan penyempurnaan yaitu mulai  tahun 1947, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1973, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun 1997 (revisi kurikulum 1994), tahun 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan), dan pada tahun 2013 pemerintah melalui kementerian pendidikan nasional mengganti kembali menjadi kurikulum 2013 (Kurtilas) dan sampai pada tahun 2018 terjadi revisi menjadi Kurtilas Revisi” (Ulinniam et al., 2021). Pada saat ini hadirlah sebuah kurikulum baru yaitu “kurikulum merdeka”. Di mana kurikulum merdeka dimaknai sebagai desain pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan tenang, santai, menyenangkan, bebas stres dan bebas tekanan, untuk menunjukkan bakat alaminya.

Berbicara kurikulum Merdeka belajar,  berfokus hanya pada kebebasan dan pemikiran kreatif. Salah satu program yang dipaparkan oleh Kemendikbud dalam peluncuran merdeka belajar ialah dimulainya program sekolah penggerak. Program sekolah ini dirancang untuk mendukung setiap sekolah dalam menciptakan generasi pembelajar sepanjang hayat, hal ini senada dengan hadits Nabi Muhammad, SAW  yang artinya: “Tuntulah ilmu dari buayan sampai keliang lahat”,  dan kurikulum ini mengajarkan agar siswa memiliki berkepribadian sebagai“PELAJAR PANCASILA”.

Untuk keberhasilan semua itu dibutuhkan peran seorang guru. Di mana sejalan dengan pendapat (Ainia, 2020) “Guru sebagai subjek utama yang berperan diharapkan mampu menjadi penggerak untuk mengambil tindakan yang memberikan hal-hal positif kepada peserta didik”.

Dengan adanya kurikulum merdeka merupakan penataan ulang dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia yang mana (Yamin & Syahrir, 2020) “mengemukakan bahwa pernyataan tersebut dalam rangka, menyongsong perubahan dan kemajuan bangsa agar dapat menyesuaikan perubahan zaman”. Begitu juga apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim bahwa “reformasi pendidikan tidak bisa dilakukan semata-mata menggunakan administrasi approach, melainkan harus melakukan culture transformation” (Satriawan et al., 2021).

Sejalan juga dengan pendapat yang mengatakan bahwa “konsep merdeka belajar ini sesuai dengan  visi misi Pendidikan Indonesia kedepan demi terciptanya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di berbagai bidang kehidupan” (Sibagariang et al., 2021). Dengan adanya kurikulum merdeka diharapkan siswa dapat berkembang sesuai potensi dan kemampuan yang dimiliki karena dengan kurikulum merdeka mendapatkan pembelajaran yang kritis, berkualitas, ekspresif, aplikatif, variative dan progresif. “Serta adanya perubahan kurikulum baru ini diperlukan kerjasama, komitmen yang kuat, kesungguhan dan implementasi nyata dari semua pihak, sehingga profil pelajar pancasila dapat tertanam pada peserta didik” (Fetra Bonita Sari, Risda Amini, 2020).

Bagaimanasih  konsep merdeka belajar yang sebenarnya?

Konsep merdeka belajar itu sendiri mencakup tiga unsur yaitu komitmen terhadap tujuan, kemandirian dalam menentukan pilihan belajar, refleksi terhadap proses, dan hasil belajar. Untuk mewujudkan program ini, diperlukan juga guru yang merdeka belajar. Jadi untuk menerapkan merdeka belajar kepada siswa, guru harus merdeka belajar terlebih dahulu.  Untuk itu tulisan ini mencoba membuka cakrawala pemahaman yang sudah digulirkan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim.

Nah sekarang kita sebagai guru Agama pasti terpikirkan bagaimana Capaian pembelajaran PAI pada Kurikulum Merdeka yang sebenarnya? Ini pertanyaan yang mengelitik pikir kita, silahkan bacanya dianjutkan agar tidak gagal paham ya?

Capaian Pembelajaran PAI pada kurikulum merdeka tidak serta merta ada dengan sendirinya melainkan telah  ditetapkan berdasarkan SK Kepala BSKAP No. 8 Tahun 2022. BSKAP atau Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan merupakan badan baru di Kemendikbudristek. Posisinya sebagai gabungan dari Balitbangbuk dan BSNP. Capain Pembelajaran atau CP digunakan sebagai pengganti istilah Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)

Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar mantap secara spiritual, berakhlak mulia, dan memiliki pemahaman akan dasar-dasar agama Islam serta cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dalam wadah NKRI.

Secara umum, Mapel PAI harus mengarahkan peserta didik kepada 4 hal:

  1. kecenderungan kepada kebaikan (al-anīfiyyah).
  2. sikap memperkenankan (al-samah)
  3. akhlak mulia (makārim al-akhlāq),
  4. kasih sayang untuk alam semesta (ramat li al-ālamīn).

Sedangkan proses pembelajaran mapel PAI menggunakan berbagai pendekatan selain ceramah, yaitu:

  1. Diskusi-interaktif
  2. keingintahuan dan penemuan (inquiry and discovery learning).
  3. Berpihak pada anak (student-centered learning),
  4. Berbasis pada pemecahan masalah (problem based learning),
  5. Pembelajaran berbasis proyek nyata dalam kehidupan (project based learning).
  6. Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning).

Apa sebenarnya Tujuan Capaian Pembelajaran PAI?

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditujukan untuk:

  • Memberikan bimbingan kepada peserta didik agar mantap spiritual, berakhlak mulia, selalu menjadikan kasih sayang dan sikap toleran sebagai landasan dalam hidupnya;
  • Membentuk peserta didik agar menjadi pribadi yang memahami dengan baik prinsip-prinsip agama Islam terkait akhlak mulia, akidah yang benar (‘aqīdah ṣaḥīḥah) berdasar paham ahlus sunnah wal jamā`ah, syariat, dan perkembangan sejarah peradaban Islam, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam hubungannya dengan sang pencipta, diri sendiri, sesama warga negara, sesama manusia, maupun lingkungan alamnya dalam wadah NKRI.
  • Membimbing peserta didik agar mampu menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berfikir sehingga benar, tepat, dan arif dalam menyimpulkan sesuatu dan mengambil keputusan.
  • Mengkonstruksi kemampuan nalar kritis peserta didik dalam menganalisa perbedaan pendapat sehingga berperilaku moderat (wasaṫiyyah) dan terhindar dari radikalisme ataupun liberalisme
  • Membimbing peserta didik agar menyayangi lingkungan alam sekitarnya dan menumbuhkan rasa tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah di bumi. Dengan demikian dia aktif dalam mewujudkan upaya-upaya melestarikan dan merawat lingkungan sekitarnya; dan
  • Membentuk peserta didik yang menjunjung tinggi nilai persatuan sehingga dengan demikian dapat menguatkan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah basyariyyah), persaudaraan seagama (ukhuwwah Islāmiyyah), dan juga persaudaraan sebangsa dan senegara (ukhuwwah waaniyyah) dengan segenap kebinekaan agama, suku dan budayanya.

Sedangkan Capaian Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti mencakup 5 elemen keilmuan yang meliputi:

  • Al-Qur’an-Hadis
  • Akidah
  • Akhlak
  • Fikih
  • Sejarah Peradaban Islam

Nah sekarang, apa yang harus kita persiapkan sebagai guru PAI dalam menerapkan kurikulum merdeka belajar?. Guru PAI harus mampu menerapkan kurikulum merdeka belajar. GPAI dikatakan sudah menerapkan  pembelajaran merdeka belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Mencari kedalaman diri

Sebaiknya setiap GPAI harus terus belajar untuk meningkatkan dan mengembangkan diri sehingga dalam menjalankan tugasnya akan berdampak positif terhadap peserta didik. Sebagaimana ungkapan yang dulu pernah kita dengan, “guru kencing berdiri, murid kencing berlari.” Ujung tombak pendidikan ada pada guru, apalagi kita adalah GPAI  jadi harus mampu menjadi Role Model (Qudwah/Uswah) bagi siswa/I kita.

  1. Tidak hanya menarik kesimpulan tetapi juga kebijaksanaan

Menjadi guru PAI memang sulit untuk bijaksana karena pada hakikatnya guru di gugu dan ditiru jadi setiap kata perkata guru pasti di contoh dan ditiru peserta didik. Oleh karenanya kebijakan guru sangat berpengaruh pada kebaikan dan kecerdasan peserta didik.

Selain itu guru harus mengenal potensi peserta didik akan pengalaman, pengakuan dan dorongan. Guru harus mengerti apa yang di butuhkan peserta didik dan apa yang harus dihindari saat pembelajaran, terlebih tentang konflik yang sedang dihadapi oleh peserta didik. Disinilah kebijaksanaan guru dibutuhkan untuk memecahkan konflik yang terjadi pada peserta didik. Guru bijak akan mendahulukan kepentingan terbaik anak didiknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang sukses. Untuk menjadi bijak, secara teoritis hampir semua orang atau seorang pendidik mengetahui hal ini, namun tidak semua orang bisa melakukannya. Perilaku seorang pendidik yang bijak adalah bagaimana dia dapat menunjukkan sikap yang memberikan manfaat untuk orang-orang yang ada disekitarnya, terutama anak didiknya.

  1. Mengembangkan tupoksinya

Guru mempunyai beberapa aktivitas yang mana aktivitas tersebut bisa membantu guru mencapai segala visi dan misi pendidikan agar bisa berjalan efektif dan efisien. Diantara tugas dan fungsi guru meliputi: “Bahwa Guru adalah sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola pembelajaran, demonstrator, pembimbing, motivator, dan penilai. Guru bertugas dan bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik bertujuan untuk melanjutkan dan mengembangkan norma-norma hidup dan kehidupan. Mengajar bertujuan untuk membimbing, melatih, dan mengembangkan keterampilan-keterampilan peserta didik. Guru bertanggungjawab memberikan arahan kepada peserta didik menuju pribadi yang dewasa sehingga mereka akan menjadi individu yang mandiri, berkarakter mulia, dan dapat memberikan sumbangsih terhadap bangsa dan negara serta Agamanya.

  1. Mengembangkan profesi karirnya

Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru PAI dituntut melakukan profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, aktif dalam kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) PAI dan komunitas guru seperti AGPAII, mengikuti berbagai macam pelatihan, seminar, webinar, maupun lokakarya yang mendukung kualitas mengajar, meningkatkan literasi digital, Peer Observation dan Evaluasi diri, serta produktif dalam menulis KaryaTulis Ilmiah (KTI).

  1. Mengemukakan pendapat dan berorganisasi

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI,  KKG PAI sebagai perkumpulan guru berperan strategis dalam meningkatkan dan memperkuat keterampilan guru melalui diskusi dan pelatihan. Dan ditambah dengan aktif di AGPAII ( Asosiasi Guru Mata Pendidikan Agama Islam Indonesia) yang peran utamanya adalah untuk memfasilitasi pertukaran ide dan pengalaman di antara para guru dari disiplin ilmu yang sama, dan juga mampu memperjuangkan Nasib Guru PAI dimasa yang akan datang contohnya bagaimana GPAI  melalui AGPAII bisa semuanya mengikuti PPPK ini adalah tugas utama saat ini. “Allahu Akbar, Namun masih banyak guru yang belum bergabung di AGPAII sebagai rumah besar GPAI se Indonesia.

  1. Menjaga harga diri

Pertama, Guru yang menjaga harga diri adalah mereka yang tidak suka menuntut keuntungan tetapi lalai memenuhi kewajiban. Jadi guru harus mampu memahami dan membedakan arti halal dan syubhat. Termasuk harga disini adalah bagaimana pemerintah memperhatikan nasib GPAI yang saat ini masih proses yang amat panjang, yang tersandung dengan regulasi yang tidak berpihak kepada GPAI se Indonesia. Semoga GPAI Se Indonesia akan diangkat menjadi PPPK semua, Amin Yra.

Kedua, guru yang tidak pernah perhenti belajar sepanjang hayat, sebagaimana telah di tersitir didalam  Firman Allah SWT, “Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.” (QS al-Isra: 37). Guru yang memiliki harga diri adalah guru yang rendah hati. Guru dapat belajar dari siapa saja sebagai sumber ilmu. Bahkan, guru bisa belajar dari muridnya sendiri. Yang terpenting, guru dapat belajar dari perjalanan hidup mereka sendiri.

  1. Memberdayakan

Disini Guru bisa melaksanakan program pemberdayaan, diantaranya, guru aktif dalam mengikuti kegiatan penataran, atau pelatihan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru. Guru juga dalam proses pembelajaran membekali dirinya dengan penguasaaan materi yang memadai dengan giat melakukan literasi dari berbagai sumber yang relevan.

Selain itu guru sudah menentukan model pembelajaran yang cocok sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Guru sudah mempersiapkan  etos kerja dan tanggung jawab terhadap profesinya. Melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Memilki tanggung jawab yang tinggi serta memilki kedisiplinan kerja agar mencerminkan guru teladan yang dapat mempengaruhi peserta didik.

Sedangkan upaya kepala sekolah sebagai motor penggerak dalam memberdayakan guru harus sudah terimplementasikan secara optimal  untuk mencapai suatu proses keberhasilan dalam pendidikan disekolah. Peranan kepala sekolah sangatlah besar, karena sukses tidak nya suatu sekolah tergantung kualitas dari kepala madrasah.

Daftar Pustaka:

Restu Rahayu dkk (2022), Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak, JURNAL BASICEDU, Volume 6 Nomor 4 Tahun 2022 Halaman 6313 – 6319

https://kurikulummerdeka.com/capaian-pembelajaran-pai-pada-kurikulum-merdeka.

About Miswan M.Pd

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *