اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ كِتَابِهِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: (اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ)، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ فِي رُبُوْبِيَتِهِ وَأُلُهِيَتِهِ وَأَسْمَاءِهِ وَصِفَاتِهِ وَسُبْحَانَ اللهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَادِقَ المَأْمُوْنِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اَلَّذِيْنَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُوْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.أَمَّا بَعْدُ:
Karen Amstrong, pengarang buku Muhammad: A Biography of the Prophet menyebut, belum pernah terjadi persaudaraan di dunia seperti yang telah dilakukan Nabi Muhammad, yaitu mempersaudarakan dua masyarakat, yakni Muhajirin dan Anshor. Keberhasilan Muhammad mempersaudarakan keduanya adalah fenomena mencengangkan.
Bayangkan saja, lewat penyatuan tersebut, kedua golongan ini mampu berbagi atas berbagai hal. Kaum Anshar rela melepaskan salah satu istri mereka untuk dinikahi oleh sahabat-sahabat mereka dari Muhajirin. Suatu gambaran praktis akan persaudaraan agama baru yang melebihi ikatan darah. Sampai saat ini, belum pernah ada lagi peradaban manusia yang mampu melahirkan persaudaraan yang pernah dilahirkan dalam masyarakat bentukan Nabi Muhammad SAW.
Sampai-sampai, Allah sendiri memberikan pujian atas kebaikan yang terjadi antara kaum Anshar dan Muhajirin dalam surah al- Hasyr. “Dan orang-orang yang telah mantap bermukim di kota (Madinah) dan keimanan sebelum (kedatangan) mereka. Mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak mendapatkan keinginan dari apa yang telah diberikan kepada mereka dan mereka mengutamakan atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memiliki keperluan mendesak. Dan siapa yang dipelihara oleh Allah dari sifat kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang beruntung. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Mereka berdoa: Tuhan kami, berilah ampun buat kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami beriman, dan janganlah Engkau membiarkan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Hasyr [59]: 9-10).
Sebuah prestasi mencengangkan dipertontonkan Nabi Muhammad bin Abdullah adalah pembawa risalah, pembangun umat , dan pendiri sebuah kedaulatan negara. Dalam jangka waktu yang relatif singkat selama 22 tahun, dua bulan, 22 hari, Nabi Muhammad berhasil mengubah wajah kelam dunia memasuki insight baru. Beliau menyampaikan risalahnya yang kini telah diikuti oleh sepertujuh penduduk dunia, terdiri atas pelbagai ras. Bahkan, suatu pemerintahan kecil yang dia dirikan di Kota Madinah, kemudian mempunyai pengaruh luar biasa menyebar ke seluruh pelosok Jazirah Arabia.
Rasulullah SAW berhasil menyingkirkan semua bentuk kerusakan, kebobrokan, serta menyatukan suku-suku yang terpecah belah menjadi bangsa Arab yang bersatu. Dia meletakkan keimanan sebagai pengikat tali persaudaraan antara seorang Muslim dengan saudaranya. Keberhasilan Nabi Muhammad itu dilanjutkan oleh generasi setelah beliau wafat ke zaman keemasan selama 700 tahun pada masa abad pertengahan.
Tidaklah berlebihan kalau Michael H Hart, seorang penulis biografi ternama asal Amerika, menulis sebuah buku The 100, a Ranking of the Most Influential Persons in History dan menempatkan Nabi Muhammad pada urutan nomor satu. Bagi Michael H Hart, Nabi Muhammad adalah manusia luar biasa yang mencapai sukses, baik dalam bidang keagamaan maupun dalam hubungan manusia, sosial, dan politik.
Kemampuan menyatukan umat adalah kemampuan yang dimiliki oleh orang-orang yang memiliki militansi yang kuat. Orangorang besar seperti Nabi Muhammad, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Umar Abdul Aziz, Salahuddin Al-Ayubi, mereka adalah orang-orang militan. Orang-orang militan penuh keyakinan, memegang teguh prinsip, dan tidak berubah-ubah dalam pikiran dan pendapatnya. Mereka akan melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka yakini. Karena kebahagiaan akan dapat terealisasi bila seseorang konsisten dengan keyakinannya. Kebahagiaan akan berbuah ranum bila sesuai dengan keimanan dan semakin besar intensitas iman itu, semakin besar hasil yang diperoleh. ¦