Setelah satu harian dirumah, karena hari libur, membantu bersih-bersih dirumah, maka untuk mengganti suasana, aku bersama istri mau makan di angkringan, kenapa anggringan jadi pilihan? Karena angkringan merupakan salah satu kuliner malam yang banyak dicari, dan unik dengan varian makanannya.
Angkringan adalah tempat makan yang menjual beragam makanan dan minuman di pinggir jalan. Biasanya menggunakan gerobak kayu sederhana. Angkringan banyak ditemui di daerah Yogyakarta dan Solo.
Istilah Angkringan bersumber dari wikipedia.org (berasal dari bahasa Jawa angkring) yang berarti alat dan tempat jualan makanan keliling yang pikulannya berbentuk melengkung ke atas) adalah sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Di Solo maupun Klaten angkringan dikenal sebagai warung hik (“hidangan istimewa ala kampung”) atau wedangan. Gerobag angkringan biasa ditutupi dengan kain terpal plastik dan bisa memuat sekitar 8 orang pembeli. Beroperasi mulai sore hingga dini hari, dulu penerangannya sangat tradisional yaitu senthir (Ind: lentera, penerangan sangat sederhana tanpa kaca semprong dibanding dengan lampu tempel atau teplok yang terdiri dari botol biasanya berukuran pendek lengkap dengan sumbu dan minyak tanah atau minyak kelentik sebagai bahan bakarnya), dan juga dibantu oleh terangnya lampu jalan.
Menu yang biasa ditawarkan oleh angkringan adalah nasi kucing, aneka sate, dan wedang jahe yang menghangatkan. Walaupun porsinya terbilang kecil, tapi banyak orang mengunjungi angkringan karena harganya terjangkau.
Angkringan juga asyik jadi tempat nongkrong. Beberapa angkringan bahkan menyediakan lesehan berupa tikar agar pengunjungnya lebih santai.
Meski harganya murah, tetapi konsumen warung ini sangat bervariasi. Mulai dari tukang becak, tukang bangunan, pegawai kantor, mahasiswa, seniman, bahkan hingga pejabat dan eksekutif. Antara pembeli dan penjual sering terlihat mengobrol dengan santai dalam suasana penuh kekeluargaan.
Angkringan juga terkenal sebagai tempat yang egaliter karena bervariasinya pembeli yang datang tanpa membeda-bedakan strata sosial atau SARA. Mereka menikmati makanan sambil bebas mengobrol hingga larut malam meskipun tak saling kenal tentang berbagai hal atau kadang berdiskusi tentang topik-topik yang serius. Harganya yang murah dan tempatnya yang santai membuat angkringan sangat populer di tengah kota sebagai tempat persinggahan untuk mengusir lapar atau sekadar melepas lelah.
Begitu pula Angkringan Nasi Kucing Ibu Tini salah satu angkringan yang recommended, yang ingin makan sekaligus nongkrong. Silahkan datang saja, Beliau sudah cukup lama berjualan di lokasi tersebut. Tepatnya di jalan baret biru 3, di seberang Masjid Al-Ikhlas, kalisari Jakarta Timur. Sebenarnya angkringan ini tempatnya sederhana, tapi pilihan menunya beragam sehingga membuat banyak pengunjung tergoda ingin menikmati makanan yang unik ini.
Seperti namannya, tentu saja di sini menyediakan nasi kucing. Nasi kucingnya dibungkus daun pisang dengan porsi kecil. Pilihannya ada isian oseng tempe, bandeng, teri, dan rica-rica ayam.
Selain nasi kucing, ada juga Aneka satenya juga sangat beragam di sini. Ada sate usus, kikil, kulit ayam, buntut ayam, kerrang, ati ample, udang, fisht roll dan bakso . Kalau mau makan bacem, ada pilihan tempe, tahu, dan hingga potongan daging ayam. Minumnanya juga ada jeha panas, es jeruk/ jeruk panas, dan teh panas. Pokokke ma’ yus. Heee.
Demikianlah tulisan yang sederhana ini semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Terma kasih. Wassalamualaikum. Wr. Wb.