Melihat lebih dekat Masjid Raya Sumatra Barat

Jakarta, 30 September 2022, tempatnya jam 10 pagi rombongan DPD dan DPW DKI Jakarta telah tiba di Bandar Udara Internasional Minangkabau, menurut Wikipedia: Bandar Udara Internasional Minangkabau dibangun sebagai pengganti Bandar Udara Tabing yang sudah tidak lagi memenuhi persyaratan dari segi keselamatan penerbangan setelah 34 tahun lamanya digunakan, bandar udara bertaraf internasional utama di provinsi Sumatera Barat yang melayani penerbangan untuk wilayah Palapa. Bandara ini berjarak sekitar 23 km dari pusat Kota Padang dan terletak di wilayah Ketaping Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat.

Ketika rombongan sudah sampai ke bandara  Internasional Minangkabau  ternyata ada sahabat kami sudah sampai terlebih dahulu, yaitu ibu. Cut  Cut Anisah beliau berangkat dari Bandara soekarno hatta,  akhirnya kamipun beserta rombongan menuju tempat lokasi yaitu di Asrama Haji Padang,  dan alhamdulillah kamipun sudah dijemput oleh panita kongres ke IV yang berpakaian kaos merah  panjang, hati terasa senang, begitu  terhormatnya kami dan rombongan disambut dengan penuh kehangatan.  Kami pun sampai di lokasi penginapan sekitar jam 11.00. sambil registirasi dan akhirnya memutuskan untuk melaksanakan sholat jum’at berjamaah di masjid dekat asrama penginpan kami,  karena perus terasa keroncongan kamipun memutuskan untuk membeli makanan yang ada di dekat asrama, dan akhirnya kamipun memakan   sate padang.  Yang harganyanya Rp. 12.000/porsi.

Setelah jum’at kamipun baru memasukan barang-barang kekamarnya masing-masing,  kebetulan kami sekamar dengan pak sangad, baru malam harinya menyusul pak Misa dan bapak  Kamaluddin Sir, jadi kita berempat dalam 1 kamar, sekitar  jam 2.15 kami pergi ke masjid raya padang dengan menggunakan Grab. Hanya Rp. 35.000 saja dari asrama haji Padang. namun tidak lama kami sampai akhirnya sudah masuk waktu sholat Ashar kamipun mengikuti sholat berjamaah dimajid raya pandang tersebut.

rencananya kami akan berkeliling  masjid raya tersebut. namun setelah bada sholat asyar hujanpun turun begitu lebat, tidak lama kami memutuskan  untuk  pulang ke asrama, karena persiapan kongres akan dimulai.

Sungguh sangat ta’azub kemegahan  masjid Raya padang,  akupun sempat mengambil dokumentasi di masjid raya padang tersebut.

Sejarah masjid padang

Di kutip dari Wikipedia menjelaskan: Gagasan munculnya ide  pembangunan Masjid Raya Sumatra Barat bergulir sejak 2005. Padang selaku ibu kota provinsi dianggap tidak memiliki masjid yang representatif untuk menampung jemaah dalam jumlah banyak. Awalnya, Gubernur Sumatra Barat Zainal Bakar memutuskan cukup melakukan renovasi terhadap Masjid Nurul Iman karena pembangunan sebuah masjid baru akan banyak menghabiskan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Gubernur berikutnya, Gamawan Fauzi menganggap keberadaan masjid yang representatif penting untuk dijadikan tempat berbagai kegiatan keagamaan.

Pada Januari 2006, berlangsung pertemuan bilateral antara Indonesia dan Malaysia yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi di Bukittinggi. Salah satu rangkaian pertemuan bertepatan dengan hari Jumat. Meski di Padang terdapat beberapa masjid besar, panitia acara tidak melihat ada “masjid yang tepat” bagi kedua kepala negara untuk melaksanakan salat Jumat, sehingga lokasi yang dipilih adalah Masjid Agung Tangah Sawah di Bukittinggi.

Berkaca dari peristiwa di Bukittinggi, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat memutuskan untuk mematangkan rencana pembangunan masjid. Sewaktu pemilihan lokasi, sempat muncul usulan agar masjid baru dibangun di lokasi Kantor Gubernur di Jalan Sudirman. Namun, karena alasan nilai historis gedung tersebut, disepakatilah lokasi di Jalan Chatib Sulaiman, menempati area seluas 40.343 meter persegi. Area ini merupakan lokasi Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Padang, yang nantinya dipindahkan ke lokasi baru di Lubuk Minturun.

Sayembara

Setelah pemilihan lokasi, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat menggelar sayembara membuat rancangan masjid. Sayembara diikuti oleh 323 peserta dari berbagai negara. Sebanyak 71 desain masuk dan selanjutnya diseleksi oleh dewan juri yang di antaranya terdiri dari sastrawan Wisran Hadi, arsitek Eko Alvares, dan ulama Syamsul Bahri Khatib. Pemenang utama sayembara diumumkan pada September 2006 dan mendapatkan hadiah Rp150 juta dari total hadiah Rp300 juta. Hasil sayembara dimenangkan oleh tim yang diketuai arsitek Rizal Muslimin[12] beranggotakan Muh. Yuliansyah, Ropik Adnan, dan Irvan P. Darwis.Rancangannya berupa bangunan persegi yang alih-alih berkubah tapi justru membentuk gonjong.

Rizal adalah arsitek dari kantor konsultan arsitektur Urbane yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat.Desain hasil rancangannya terinspirasi dari bentuk gonjong rumah gadang dengan penyesuaian kebutuhan geometri ruang ibadah yang berdenah bujur sangkar. Secara personal, ia telah lama mengeksplorasi elemen-elemen arsitektur Minangkabau. “Kenapa saya bisa menghasilkan bentuk masjid yang bisa diterima banyak orang, karena saya sudah sejak lama suka pada arsitektur rumah gadang, tidak bisa dibikin-bikin. Dari hal yang disukai, akan muncul hal- hal yang baik, …jadi elemen-elemen yang muncul dalam desain merupakan hal-hal yang sudah lama saya apresiasi.”

Rancangan Masjid Raya Sumatra Barat hasil sayembara pernah menuai kritik, terutama disuarakan oleh DPRD Sumatra Barat. Ketua DPRD Leonardy Harmainy menyebut rancangan masjid tidak lazim lantaran tidak memiliki kubah. Polemik sekaitan kubah mengakibatkan tertundanya pelaksanaan pembangunan.[10] Polemik baru mereda setelah terjadinya gempa bumi pada 13 September 2007. Di tengah beralihnya fokus publik pada gempa, Gubernur Gamawan Fauzi melakukan peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Raya Sumatra Barat pada 21 Desember 2007

Arsitektur

Masjid Raya Sumatra Barat menampilkan arsitektur modern yang tak identik dengan kubah. Menurut sejarawan UIN Imam Bonjol Padang Sudarman, masjid ini sangat mengakomodasi arsitektur lokal, terutama gonjong dan ragam hias rumah gadang.[44]

Meskipun demikian, bentuk atap masjid terinspirasi dari bentangan kain sorban Nabi Muhammad yang digunakan untuk mengusung batu Hajar Aswad. Ketika empat kabilah suku Quraisy di Mekkah berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempat semula setelah renovasi Ka’bah, Nabi Muhammad memutuskan meletakkan batu Hajar Aswad di atas selembar kain sehingga dapat diusung bersama oleh perwakilan dari setiap kabilah dengan memegang masing-masing sudut kain.

Bangunan utama Masjid Raya Sumatra Barat memiliki denah dasar seluas 4.430 meter persegi. Konstruksi bangunan dirancang menyikapi kondisi geografis Sumatra Barat yang beberapa kali diguncang gempa berkekuatan besar. Masjid ini ditopang oleh 631 tiang pancang dengan fondasi poer berdiameter 1,7 meter pada kedalaman 7,7 meter. Dengan kondisi topografi yang masih dalam keadaan rawa, kedalaman setiap fondasi tidak dipatok karena menyesuaikan titik jenuh tanah tanah.

Ruang utama yang dipergunakan sebagai tempat salat terletak di lantai atas berupa ruang lepas. Lantai atas dengan elevasi tujuh meter terhubung ke permukaan jalan melalui ramp, teras terbuka yang melandai ke jalan. Dengan luas 4.430 meter persegi, lantai atas diperkirakan dapat menampung 5.000–6.000 jemaah. Adapun lantai dua berupa mezanin berbentuk leter U memiliki luas 1.832 meter persegi.

Konstruksi rangka atap menggunakan pipa baja. Gaya vertikal beban atap didistribusikan oleh empat kolom beton miring setinggi 47 meter dan dua kolom busur bersilang yang mempertemukan kolom beton miring secara diagonal. Setiap kolom miring ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman 21 meter, memiliki fondasi tiang bor sebanyak 24 titik dengan diameter 80 centimeter. Pekerjaan kolom miring melewati 13 tahap pengecoran selama 108 hari dengan memperhatikan titik koordinat yang tepat.

Masjid Raya Sumatra Barat membutuhkan biaya yang besar untuk perawatan dan operasional, meliputi mekanikal, perawatan kontruksi, dan petugas, dengan total kebutuhan dana Rp4,2 miliar per tahun.

 

About Miswan M.Pd

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *